Rabu, 01 Mei 2019

Yang Pertama Menutup Hati

"Aku harus mundur," ucapmu malam itu, sebelum akhirnya bergegas kau pergi memberi sunyi.
Begitu lembut di telinga namun sangat tajam menusuk hati.
Rupanya kau tak pandai mengaduk kata dan rasa menjadi harmoni.

Memaksaku merayu.
Membujuk dirimu jangan berlalu.
Sayang, kau tak hiraukan aku.
Tetap acuh, kau terus melaju.

Sepersekian detik berlalu.
Segera kau menghilang dan aku terpaku.
Saling terluka dan sama-sama membisu.

Air mata terus terjatuh
melihatmu semakin menjauh.

Namun biarlah, aku tak mampu lagi menahanmu.
Rasanya terlampau sakit memaksakan yang memang tak mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar